Dissertation (ini istilah USA utk tugas akhir S3, di UK tugas akhir S3 disebut Thesis sedangkan S2 disebut dissertation). Saya cenderung mengadopsi istilah UK, karena mahasiswa S3 diharuskan mempunyai pendapat (thesis) tentang sesuatu hal dan kemudian membuktikan/menguji pendapatnya dengan mambangun prototipe hardware/software. Mahasiswa S3 harus mempunyai ide baru atau memingrasikan ide X untuk problem Y menjadi ide X untuk problem Z. Misalnya konsep virus dalam ilmu biologi diterapkan pada konsep virus dalam ilmu komputer. Disseration S3 harus selesai dalam waktu 3(tiga) tahun.
Skripsi, thesis, dan dissertation adalah proyek, karena itu diperlukan manajemen proyek. Dalam manajemen proyek, kita kenal segitiga proyek : scope (batasan masalah) , cost (biaya) , schedule (jadwal). Ketiga hal ini membentuk quality (kualitas).Dalam tugas akhir kita melakukan trade-off antara scope, cost, dan schedule. Bila schedule molor (ada keterlambatan) maka pasti berimplikasi pada cost (misalnya SPP yang harus dibayar). Karena itu, scope harus jelas sebelum kita mulai. Kejelasan ini dapat didukung dengan membaca banyak paper ilmiah jurnal (karen jurnal memuat paper yang telah direview oleh para pakar) dan yang diterbitkan belum lama lalu (masih baru) agar kita tidak terjerumus pada reinventing the wheel, melakukan penelitian S3 yang sudah bukan merupakan problem penelitian lagi. Artinya, pertanyaan riset kita telah lama terjawab.
Kondisi terburuk adalah bila kita menunda-nunda selesainya tugas akhir dengan harapan dengan bertambahnya waktu kita dapat ide yang lebih baik yang dapat meningkatkan kualitas tugas akhir kita. Di beberapa program studi dan perguruan tinggi, tugas akhir yang selesai tetapi waktunya molor, tidak mungkin memperoleh A, walau bagus sekali kualitasnya, karena melanggar kendala waktu. Lebih parah lagi, bila sudah ditunda penyelesaiannya, tugas akhir kita tetap saja jelek kualitasnya :-)
Kebiasaan menunda-nunda ini disebut procrastination. Procrastination adalah musuh produktivitas.
Pekerjaan tugas akhir bukanlah magnum opus, bahkan pekerjaan S3 sekalipun. Kita tidak mencari greatness (kehebatan)  tetapi completeness (kelengkapan). Mahasiswa hanya diharuskan menunjukkan kompetensi untuk melakukan riset dan menerapkan metodologi riset yang tepat untuk judul yang ia pilih. Tidak pernah ada tugas akhir yang menyelesaikan persoalan dunia. yang ada adalah menyelesaikan satu persoalan kecil dan memunculkan persoalan-persoalan baru lainnya. persoalan-persoalan baru sebagai produk samping penelitian S3 tertuang dalam SARAN (Future Works).
Prinsip 1 :Do not get it perfect, get it done— Jangan menulis skripis/thesis/disertasi yang sempurna, selesaikan saja!
Prinsip 1 adalah akibat dari
Sifat 1 :A thesis must have a flaw— setiap thesis (skripsi, disertasi juga termasuk) pasti memuat kekurangan.
Hanya kitab suci (misalnya Al-Qur’an) yang tidak mengandung kesalahan — Wa lam yaj’alahu ‘iwajan —He has not made therein any crookedness(QS 18:1)
Mereka yang menganggap tugas akhirnya akan merupakann magnum opus, biasanya malah tidak segera selesai dan terancam drop-out. Mungkin karena mereka akan menulis ‘kitab suci’ maka Tuhan tdk pernah menolongnya. Mana mungkin Tuhan menolong ‘kompetitornya’? :-)
Tugas akhir harus diawali dengan rencana (proposal) dan rute menuju tercapainya rencana. Kita juga harus tahu kapan berhenti (selesai).